Selasa, 31 Maret 2015


KECERDASAN, BAKAT DAN KREATIVITAS

A.    Pendahuluan
Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Howard Gardner dalam bukunya ”Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences”, menyatakan terdapat delapan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Teori ini menyatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai macam kecerdasan, dan setiap individu memiliki tingkat yang bervariasi untuk setiap jenis kecerdasan tersebut. Karena itu, setiap orang memiliki ”profil kognitif” yang unik.
Tugas orangtua dan pendidiklah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.

B.     Pengertian Kecerdasan (Inteligensi)
Orang berpikir menggunakan (intelek)-nya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan inteligensinya. Dilihat dari inteligensinya, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, cerdas (genius) atau pandir/dungu (idiot).
Inteligensi ialah kemamampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Masyarakat umum biasanya memandang inteligensi sebagai kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan memecahkannya secara efektif.
Berikut akan dijelaskan beberapa pandangan sejumlah ahli tentang pengertian kecerdasan:
Alfred binet, seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi menjelaskan, bahwa inteligensi mencakup tiga hal: pertama, kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapai. Kedua, mampu untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu (adaptasi). Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat atau mampu mengevaluasi diri sendiri secara objektif.
Lewis madison terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak (Aan T. Safaria, 2010) sedangkan david wechsler memandang inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan individu untuk bertindakdengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya secara efektif (Aan T. Safaria, 2010).
Walters dan Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu (Aan T. Safaria, 2010).[1]

C.    Teori Inteligensi (Kecerdasan)
1.      Teori Faktor (Charles Spearman)
Teori faktor berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yang terdiri atas dua faktor utama, yakni faktor “g” (general) yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu, dan faktor “s” (specific) yang menyangkut berbagai faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Kedua faktor ini kadang-kadang tumpang-tindih, tetapi juga sering berbeda. Faktor “g” lebih banyak memiliki faktor genetis dan faktor “s” lebih banyak diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
2.      Teori Struktur Inteligensi (guiford)
Menurut Guiford struktur kemampuan inteligensi terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga Parameter, yaitu Operasi, Produk, dan Konten. Parameter Operasi terdiri atas Evaluasi, Produksi, Konvergen, Produksi, Divergen, Memori, dan Kongnisi. Parameter Produk terdiri atas Unit, Kelas, Relasi, System, Transformasi, dan Implikasi. Parameter Konten terdiri atas Figurasi, Simbolis, Semantic dan Prilaku.
3.      Teori Incremental
      Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan inteligensi/kecerdasannya melalui belajar.
4.      Teori Unit faktor (Wilhelm Stern)
     Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh kerena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri taerhadap lingkungan atau dalam memecahkan masalah, bersifat umum pula. Kapasitas itu tumbul akibat pertumbuhan ataupun akibat belajar.
5.      Teori Multi faktor (E.L Thorndike)
Menurut teori ini inteligensi terdiri atas bentuk hubungan Neural antara Stimulus dengan Respons. Hubungan Neural khusus inilah yang mengarahkan  tingkah laku individu. Manusia diperkirakan memiliki 13 belas miliar urat saraf, sehingga memungkinkan adanya hubungan Neural yang banyak sekali. Jadi, menurut Teori ini adalah jumlah koneksi aktul dan pontensial di dalam System Saraf.
6.      Teori Primary Mental Ability (Thurstone)
     Teori ini menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, dengan membagi inteligensi menjadi kempuan Primer, yang terdiri atas kemampuan Numerical/Matematis,  Verbal atau berbahasa, Abstraksi, berupa Visualisasi atau Berfikir, membuat keputusan, Induktif maupun Deduktif, Mengenal atau Mematikan dan Mengingat.
7.      Teori Sampling (godfrey H. Thomson)
     Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang pengalaman dan sebagian terkuasi oleh pikiran manusia. Masing-masing bidang hanya terkuasi sebagian saja, dan ini mencerminkan kemampuan atau pengalaman dunia nyata.

D.    Alat Ukur Kecerdasan
Dapatkah inteligensi atau kecerdasan itu di ukur?  Salah satu cara dengan menggunakan tes yang disebut : Tes Inteligensi.
Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.
Orang yang menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa prancis : Alfred Binet dan pembantunya simon. Seri tea dari Binet Simon ini, pertama kali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : ‘’Chelle matrique de I’inteligence’’ atau skala kecerdasan. Tes Biner-Simon terdiri dari sekumpulan pernyataan-pernyataan yang telah dikelompok-kelompokan menurut umur.[2] Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran disekolah. (Mengapa ?) Seperti :
a.       Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
b.      Mengulang deretan angka-angka,
c.       Memperbandingkan berat timbangan,
d.      Menceritakan isi gambar-gambar,
e.       Menyebutkan nama bermacam-macam warna,
f.       Menyebut harga mata uang,
g.      Dan sebagainya.
Dengan tes semacam inilah usia kecerdasan seorang diukur/ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kelender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Qoutient) pada tiap-tiap orang/anak.
Melalui tes inteligensi, ahli psikologi bisa memahami kemampuan intelektual keseluruhan yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut diwariskan, atau paling tidak bawaan, tidak ada kaitannya dengan pengajaran atau pelatihan, kemampuan itu intelektual, bukan emosional atau moral, dan tidak terpengaruh oleh kerajinan atau semangat. Kemampuan tersebut umum, tidak khusus, yaitu tidak terbatas pada jenis pekerjaan tertentu, tetapi masuk ke dalam semua yang kita lakukan, atau kita katakan, atau kita pikirkan.
Tes yang baik harus valid. Artinya, tes itu harus mengukur apa yang mesti diukur. Untuk menentukan hal ini, kita harus membandingkannya dengan ukuran yang standar atau kriteria. Kriteria untuk  mengukur validnya tes inteligensi yang pertama kali adalah pemikiran nilai anak-anak di sekolah yang diberikan oleh gurunya.[3]
Perlu kita ketahui bahwa hasil tes inteligensi itu bermacam-macam, berupa angka-angka dalam skala yang bermacam-macam, dan bergantung pada jenis tesnya. Bisa pula berupa angka-angka dalam skala yang bermacam-macam, dan bergantung pada jenis tes yang digunakan bisa pula dalam bentuk angka-angka menunjukan keadaan aspek-aspek dengan penjabarannya dalam bentuk hasil “evaluasi psikologis” Dengan psikogram karena ada tes inteligensi yang tujuan, landasan teori, dan skala pengukurannya berbeda-beda, penafsirannya perlu disesuaikan. Begitu pula mengenai kekhususan pembuatan tes yang digunakan untuk anak, orang dewasa, atau yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara individual, klasikal, sesuai dengan cirri tesnya. Karena itu, tidak setiap angka hasil tes inteligensi yang ditulis dalam lembaran hasil pemeriksaan adalah angka IQ.



Ciri-ciri anak berbakat
R.A Martison dalam bukunya the identification of the gifted talented (1974) memerinci anak-anak berbakat sebagai berikut:
a.       Mambaca pada usia yang relatrif lebih muda
b.      Membaca lebuih cepat dan lebih banyak
c.       Memiliki perbendaharaan kata yang luas
d.      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
e.       Mempunyai inisiatif , dapat bekerja sendiri
f.       Mempunyai minat yang luas, juga pada persoalan ‘’dewasa ‘’
g.      Menunjukan keaslian (orisinalitas) dslsm ungksapan verbal
h.      Member berbagai jawaban yang baik
i.        Bisa memberikan banyak gagasan
j.        Luwes dalam berpikir
k.      Terbuka pada rangsangan-rangsangan dari lingkungan
l.        Memiliki pengamatan yang datang
m.    Berpikir kritis, jika terhadap diri sendiri
n.      Senang mencoba hal-hal baru
o.      Berprilaku terarah pada tujuan
p.      Mempunyai daya imajinasi yang kuat
q.      Mempunyai banyak kegemaran/hobby.

E.     Multiple Intelligence
1.      Inteligensi linguistik
Kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan  dan menegaskan apa yang kita sampaikan. Yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2.      Intelligensi logis-matematis
Kemanpuan berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis.  Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon, akutan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
3.      Inteligensi Visual-Spasial
Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan.  Membayangkan berbagai hal pada mata pikiran anda.  Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara strategis.
4.      Inteligensi Musikal
Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik, serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa rekaman.
5.      Intelegensi Kinestetik
Belajar melalui tindakan, pengalaman melalui panca indera dan memiliki kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada aktor, penari atau atlet, mekanik, dan sebagainya.
6.      Intelegensi Interpersonal
Memiliki kemampuan untuk memahami dan berhubungan dengan orang lain. Para politikus, guru, penjual yang sukses semua memiliki jenis inteligensi ini.
7.      Inteligensi Intrapersonal
Berkemampuan untuk memahami diri sendiri dengan akurat dan menggunakan pemahaman tersebut dengan efektif dalam kehidupan.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh , pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
8.      Intelegensi Naturalis
Adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan pemilihan-pemilihan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya, untuk berburu, petani, atau melakukan penelitian biologi.[4]

F.     Keterkaitan antara Kecerdasan dengan Bakat dan Kreativitas
Kecerdasan, bakat, dan kreativitas merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki oleh individu, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, erat kaitannya, tidak berdiri sendiri, dan saling mempengaruhi. Inteligensi pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen. Bakat adalah individu yang memiliki kemampuan unggul dalam bidang tertentu dan mampu memberikan prestasi yang tinggi mengacu pada pengertian bakat tersebut di atas, bakat itu adalah relatif tetap sepanjang waktu tertentu. Karena bakat itu relatif stabil, maka bakat-bakat itu dapat digunakan untuk membantu memprediksi keberhasilan dalam bidang pendidikan dan karir. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi keberbakatan. Kreativitas juga dikaitkan dengan fungsi dasar manusia (berpikir,merasa, mengindrakan dan intuisi.
Kecerdasan dan kreativitas memiliki kaitan yang erat walaupun tidak mutlak. Orang yang kreatif dapat di pastikan ia orang yang cerdas, namun tidak selalu orang yang cerdas pasti  kreatif. Lahirnya sebuah karya kreatif membutuhkan lebih dari sekedar kecerdasan. Contoh: jika seorang dihadapkan pada permasalahan, ia akan disebut cerdas jika ia mampu menyelesaikan permasalahan itu dengan cepat dan tepat, walaupun jawaban yang diberikan bersifat umum. Pola berpikir seperti ini disebut konvergen. Namun bagi seseorang yang kreatif ia akan memperkaya permasalahannya dengan  berbagai alternative jawaban, dengan berbagai cara dan susut pandang, bersifat unik dan berbeda dengan yang lain atau dengan kata lain ‘tidak umum’. Berpikir alternative merupakan kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kecepatan danketepatan dalam menganalisis permasalahan, namun ia dapat menentukan berbagai alternatif jawaban yang benar dan berbagai sudut pandang secara cepat dan benar. Seseorang tidak mungkin dapat melakukannya jika ia bukan seorang yang cerdas. Pola berpikir seperti ini disebut dengan berpikir divergen. Kreativitas merupakan salah satu cirri perilaku yang menunjukkan perilaku intelligent (cerdas), namun  kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan korelasi yang memuaskan. Sebab skor IQ (Intelligence Quotient ) yang rendah memang selalu diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula, namun skor IQ yang tinggi ternyata tidak selalu dibarengi oleh tingkat kreativitas yang tinggi pula.[5]

G.    Penutup
Masyarakat umum biasanya memandang inteligensi sebagai kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan memecahkannya secara efektif.
Teori Inteligensi terdiri dari: Teori faktor (charles spearman), teori struktur inteligensi (gulford), teori incremental, teori unit faktor (wilhelm stren), teori multi faktor, teori primary mental ability dan teori sampling.
Salah satu cara dengan menggunakan tes yang disebut : Tes Inteligensi. Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.
Multiple Intelligences terdiri dari : inteligensi  linguistik, logis-matematis, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Pada hakikatnya kecerdasan, bakat, dan kreativitas merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki oleh individu, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, erat kaitannya, tidak berdiri sendiri, dan saling mempengaruhi.


DAFTAR PUSTAKA
Craf, Anna. Membangun Kreativitas Anak. Depok: Insasi Press. 2003
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004
Rachmawati Yeni dan Kurniati Euis. Strategi Pembelajaran Kreativitas pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011
Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: CU Pustaka Setia. 2003
Safaria, Aan T. Mengembangkan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya, 2010






[1] Aan T. safaria,  Mengembangkan Kecerdasan Anak, (Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya, 2010). h. 14
[2] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). h.57
[3] Alex Sobur, Psikologi Umum,  (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003). h.163
[4]Anna Craft, Membangun Kretivitas Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2003). h.15
[5] Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011). h. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar