KECERDASAN, BAKAT DAN KREATIVITAS
A.
Pendahuluan
Sesungguhnya setiap anak dilahirkan
cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan
mereka untuk menjadi cerdas. Howard Gardner dalam bukunya ”Frames of Mind:
The Theory of Multiple Intelligences”, menyatakan terdapat
delapan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa,
kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan
musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Teori ini menyatakan bahwa
manusia itu memiliki berbagai macam kecerdasan, dan setiap individu memiliki
tingkat yang bervariasi untuk setiap jenis kecerdasan tersebut. Karena itu,
setiap orang memiliki ”profil kognitif” yang unik.
Tugas orangtua dan pendidiklah
mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan
sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang
baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
B. Pengertian Kecerdasan (Inteligensi)
Orang berpikir menggunakan (intelek)-nya. Cepat tidaknya
dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan
inteligensinya. Dilihat dari inteligensinya, kita dapat mengatakan seseorang
itu pandai atau bodoh, cerdas (genius) atau pandir/dungu (idiot).
Inteligensi ialah kemamampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Masyarakat umum biasanya memandang inteligensi sebagai
kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan memecahkannya secara efektif.
Berikut akan dijelaskan beberapa pandangan sejumlah ahli tentang pengertian
kecerdasan:
Alfred binet, seorang tokoh perintis pengukuran
inteligensi menjelaskan, bahwa inteligensi mencakup tiga hal: pertama,
kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu
mampu menetapkan tujuan untuk dicapai. Kedua, mampu untuk mengubah arah
tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian
diri dalam lingkungan tertentu (adaptasi). Ketiga, kemampuan untuk mengkritik
diri sendiri atau melakukan autokritik, artinya individu mampu melakukan
perubahan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat atau mampu mengevaluasi
diri sendiri secara objektif.
Lewis madison terman mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak (Aan T. Safaria, 2010)
sedangkan david wechsler memandang inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas
kemampuan individu untuk bertindakdengan tujuan tertentu, berfikir secara
rasional, serta menghadapi lingkungannya secara efektif (Aan T. Safaria, 2010).
Walters dan Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai
suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya
tertentu (Aan T. Safaria, 2010).[1]
C. Teori Inteligensi (Kecerdasan)
1. Teori Faktor (Charles Spearman)
Teori
faktor berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yang terdiri atas dua
faktor utama, yakni faktor “g” (general) yang mencakup semua kegiatan
intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu,
dan faktor “s” (specific) yang menyangkut berbagai faktor khusus yang relevan
dengan tugas tertentu. Kedua faktor ini kadang-kadang tumpang-tindih, tetapi juga sering
berbeda. Faktor “g” lebih banyak memiliki faktor genetis dan faktor “s” lebih
banyak diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
2.
Teori Struktur Inteligensi (guiford)
Menurut Guiford struktur kemampuan inteligensi
terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga Parameter, yaitu Operasi, Produk,
dan Konten. Parameter Operasi terdiri atas Evaluasi, Produksi, Konvergen,
Produksi, Divergen, Memori, dan Kongnisi. Parameter Produk terdiri atas Unit,
Kelas, Relasi, System, Transformasi, dan Implikasi. Parameter
Konten terdiri atas Figurasi, Simbolis, Semantic dan Prilaku.
3. Teori
Incremental
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan inteligensi/kecerdasannya melalui
belajar.
4.
Teori Unit faktor (Wilhelm Stern)
Menurut
teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh kerena
itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang
dalam menyesuaikan diri taerhadap lingkungan atau dalam memecahkan masalah,
bersifat umum pula. Kapasitas itu tumbul akibat pertumbuhan ataupun akibat
belajar.
5.
Teori Multi faktor (E.L Thorndike)
Menurut teori ini
inteligensi terdiri atas bentuk hubungan Neural antara Stimulus dengan Respons.
Hubungan Neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.
Manusia diperkirakan memiliki 13 belas miliar urat saraf, sehingga memungkinkan
adanya hubungan Neural yang banyak sekali. Jadi, menurut Teori ini adalah
jumlah koneksi aktul dan pontensial di dalam System Saraf.
6.
Teori Primary Mental Ability
(Thurstone)
Teori ini
menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, dengan membagi
inteligensi menjadi kempuan Primer, yang terdiri atas kemampuan
Numerical/Matematis, Verbal atau berbahasa, Abstraksi, berupa Visualisasi
atau Berfikir, membuat keputusan, Induktif maupun Deduktif, Mengenal atau
Mematikan dan Mengingat.
7.
Teori Sampling (godfrey H. Thomson)
Menurut
teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai
bidang pengalaman dan sebagian terkuasi oleh pikiran manusia. Masing-masing
bidang hanya terkuasi sebagian saja, dan ini mencerminkan kemampuan atau
pengalaman dunia nyata.
D.
Alat
Ukur Kecerdasan
Dapatkah inteligensi atau kecerdasan itu di ukur? Salah satu cara dengan menggunakan tes yang
disebut : Tes Inteligensi.
Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur
inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.
Orang yang menemukan tes inteligensi pertama kali ialah
seorang dokter bangsa prancis : Alfred Binet dan pembantunya simon.
Seri tea dari Binet Simon ini, pertama kali diumumkan antara 1908-1911 yang
diberi nama : ‘’Chelle matrique de I’inteligence’’ atau skala kecerdasan.
Tes Biner-Simon terdiri dari sekumpulan pernyataan-pernyataan yang telah
dikelompok-kelompokan menurut umur.[2]
Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran disekolah. (Mengapa ?) Seperti :
a. Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
b. Mengulang deretan angka-angka,
c. Memperbandingkan berat timbangan,
d. Menceritakan isi gambar-gambar,
e.
Menyebutkan
nama bermacam-macam warna,
f.
Menyebut
harga mata uang,
g.
Dan
sebagainya.
Dengan
tes semacam inilah usia kecerdasan seorang diukur/ditentukan. Dari hasil tes
itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya
(usia kelender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya
perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Qoutient) pada tiap-tiap orang/anak.
Melalui
tes inteligensi, ahli psikologi bisa memahami kemampuan intelektual keseluruhan
yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut diwariskan, atau paling tidak
bawaan, tidak ada kaitannya dengan pengajaran atau pelatihan, kemampuan itu
intelektual, bukan emosional atau moral, dan tidak terpengaruh oleh kerajinan
atau semangat. Kemampuan tersebut umum, tidak khusus, yaitu tidak terbatas pada
jenis pekerjaan tertentu, tetapi masuk ke dalam semua yang kita lakukan, atau
kita katakan, atau kita pikirkan.
Tes yang baik harus valid. Artinya, tes itu harus
mengukur apa yang mesti diukur. Untuk
menentukan hal ini, kita harus membandingkannya dengan ukuran yang standar atau
kriteria. Kriteria untuk mengukur validnya
tes inteligensi yang pertama kali adalah pemikiran nilai anak-anak di sekolah
yang diberikan oleh gurunya.[3]
Perlu
kita ketahui bahwa hasil tes inteligensi itu bermacam-macam, berupa angka-angka
dalam skala yang bermacam-macam, dan bergantung pada jenis tesnya. Bisa pula
berupa angka-angka dalam skala yang bermacam-macam, dan bergantung pada jenis
tes yang digunakan bisa pula dalam bentuk angka-angka menunjukan keadaan
aspek-aspek dengan penjabarannya dalam bentuk hasil “evaluasi psikologis”
Dengan psikogram karena ada tes inteligensi yang tujuan, landasan teori, dan
skala pengukurannya berbeda-beda, penafsirannya perlu disesuaikan. Begitu pula
mengenai kekhususan pembuatan tes yang digunakan untuk anak, orang dewasa, atau
yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara individual, klasikal, sesuai
dengan cirri tesnya. Karena itu, tidak setiap angka hasil tes inteligensi yang
ditulis dalam lembaran hasil pemeriksaan adalah angka IQ.
Ciri-ciri anak berbakat
R.A
Martison dalam bukunya the identification of the gifted talented (1974)
memerinci anak-anak berbakat sebagai berikut:
a.
Mambaca
pada usia yang relatrif lebih muda
b.
Membaca
lebuih cepat dan lebih banyak
c.
Memiliki
perbendaharaan kata yang luas
d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
e. Mempunyai inisiatif , dapat bekerja sendiri
f. Mempunyai minat yang luas, juga pada persoalan ‘’dewasa ‘’
g.
Menunjukan
keaslian (orisinalitas) dslsm ungksapan verbal
h.
Member
berbagai jawaban yang baik
i.
Bisa
memberikan banyak gagasan
j.
Luwes
dalam berpikir
k. Terbuka pada rangsangan-rangsangan dari lingkungan
l.
Memiliki pengamatan yang datang
m. Berpikir kritis, jika terhadap diri sendiri
n.
Senang
mencoba hal-hal baru
o.
Berprilaku
terarah pada tujuan
p.
Mempunyai daya imajinasi yang kuat
q.
Mempunyai banyak kegemaran/hobby.
E. Multiple Intelligence
1. Inteligensi linguistik
Kemampuan untuk berfikir dalam bentuk
kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menegaskan apa yang kita sampaikan. Yang meliputi
kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2.
Intelligensi
logis-matematis
Kemanpuan
berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah
jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon,
akutan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
3.
Inteligensi
Visual-Spasial
Kemampuan
berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai
hal pada mata pikiran anda. Orang yang
memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat,
pelaut , fotografer, dan perencara strategis.
4.
Inteligensi
Musikal
Kemampuan
menggubah atau mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau
memainkan musik, serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa
rekaman.
5.
Intelegensi
Kinestetik
Belajar melalui tindakan, pengalaman melalui panca indera dan memiliki
kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan
fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada aktor, penari atau atlet,
mekanik, dan sebagainya.
6.
Intelegensi
Interpersonal
Memiliki kemampuan untuk memahami
dan berhubungan dengan orang lain. Para politikus, guru, penjual yang sukses semua memiliki
jenis inteligensi ini.
7. Inteligensi Intrapersonal
Berkemampuan untuk memahami diri sendiri dengan akurat dan menggunakan
pemahaman tersebut dengan efektif dalam kehidupan.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof,
penyuluh , pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
8.
Intelegensi
Naturalis
Adalah kemampuan untuk mengenal
flora dan fauna melakukan pemilihan-pemilihan utuh dalam dunia kealaman dan
menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya, untuk berburu, petani,
atau melakukan penelitian biologi.[4]
F.
Keterkaitan antara Kecerdasan dengan Bakat dan Kreativitas
Kecerdasan,
bakat, dan kreativitas merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki oleh
individu, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, erat kaitannya, tidak
berdiri sendiri, dan saling mempengaruhi. Inteligensi pada hakikatnya merupakan
suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang
mengandung berbagai komponen. Bakat adalah individu yang memiliki kemampuan
unggul dalam bidang tertentu dan mampu memberikan prestasi yang tinggi mengacu
pada pengertian bakat tersebut di atas, bakat itu adalah relatif tetap
sepanjang waktu tertentu. Karena bakat itu relatif stabil, maka bakat-bakat itu
dapat digunakan untuk membantu memprediksi keberhasilan dalam bidang pendidikan
dan karir. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi keberbakatan. Kreativitas juga
dikaitkan dengan fungsi dasar manusia (berpikir,merasa, mengindrakan dan
intuisi.
Kecerdasan dan kreativitas memiliki kaitan yang erat walaupun tidak
mutlak. Orang yang kreatif dapat di pastikan ia orang yang cerdas, namun tidak
selalu orang yang cerdas pasti kreatif.
Lahirnya sebuah karya kreatif membutuhkan lebih dari sekedar kecerdasan.
Contoh: jika seorang dihadapkan pada permasalahan, ia akan disebut cerdas jika
ia mampu menyelesaikan permasalahan itu dengan cepat dan tepat, walaupun
jawaban yang diberikan bersifat umum. Pola berpikir seperti ini disebut
konvergen. Namun bagi seseorang yang kreatif ia akan memperkaya permasalahannya
dengan berbagai alternative jawaban, dengan
berbagai cara dan susut pandang, bersifat unik dan berbeda dengan yang lain
atau dengan kata lain ‘tidak umum’. Berpikir alternative merupakan kemampuan
berpikir yang tidak hanya membutuhkan kecepatan danketepatan dalam menganalisis
permasalahan, namun ia dapat menentukan berbagai alternatif jawaban yang benar
dan berbagai sudut pandang secara cepat dan benar. Seseorang tidak mungkin
dapat melakukannya jika ia bukan seorang yang cerdas. Pola berpikir seperti ini
disebut dengan berpikir divergen. Kreativitas merupakan salah satu cirri
perilaku yang menunjukkan perilaku intelligent (cerdas), namun kreativitas dan inteligensi tidak selalu
menunjukkan korelasi yang memuaskan. Sebab skor IQ (Intelligence Quotient
) yang rendah memang selalu diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula,
namun skor IQ yang tinggi ternyata tidak selalu dibarengi oleh tingkat
kreativitas yang tinggi pula.[5]
G. Penutup
Masyarakat umum biasanya memandang inteligensi sebagai kemampuan
individu dalam menghadapi masalah dan memecahkannya secara efektif.
Teori Inteligensi terdiri dari: Teori faktor (charles
spearman), teori struktur inteligensi (gulford), teori incremental, teori unit
faktor (wilhelm stren), teori multi faktor, teori primary mental ability dan
teori sampling.
Salah satu cara dengan menggunakan tes yang
disebut : Tes Inteligensi. Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur
inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.
Multiple Intelligences terdiri dari :
inteligensi linguistik, logis-matematis,
visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Pada hakikatnya kecerdasan, bakat, dan
kreativitas merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki oleh individu, yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, erat kaitannya, tidak berdiri sendiri,
dan saling mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Craf, Anna. Membangun Kreativitas Anak. Depok: Insasi Press. 2003
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2004
Rachmawati Yeni dan Kurniati Euis. Strategi Pembelajaran Kreativitas
pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011
Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: CU Pustaka Setia. 2003
Safaria, Aan T. Mengembangkan Kecerdasan Anak. Yogyakarta:
Percetakan Pohon Cahaya, 2010
[1] Aan T.
safaria, Mengembangkan Kecerdasan
Anak, (Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya, 2010). h. 14
[2] M. Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). h.57
[3] Alex Sobur, Psikologi
Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2003). h.163
[4]Anna Craft, Membangun
Kretivitas Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2003). h.15
[5] Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011). h. 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar