Selasa, 31 Maret 2015


KECERDASAN, BAKAT DAN KREATIVITAS

A.    Pendahuluan
Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Howard Gardner dalam bukunya ”Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences”, menyatakan terdapat delapan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Teori ini menyatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai macam kecerdasan, dan setiap individu memiliki tingkat yang bervariasi untuk setiap jenis kecerdasan tersebut. Karena itu, setiap orang memiliki ”profil kognitif” yang unik.
Tugas orangtua dan pendidiklah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.

B.     Pengertian Kecerdasan (Inteligensi)
Orang berpikir menggunakan (intelek)-nya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan inteligensinya. Dilihat dari inteligensinya, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, cerdas (genius) atau pandir/dungu (idiot).
Inteligensi ialah kemamampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Masyarakat umum biasanya memandang inteligensi sebagai kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan memecahkannya secara efektif.
Berikut akan dijelaskan beberapa pandangan sejumlah ahli tentang pengertian kecerdasan:
Alfred binet, seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi menjelaskan, bahwa inteligensi mencakup tiga hal: pertama, kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapai. Kedua, mampu untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu (adaptasi). Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat atau mampu mengevaluasi diri sendiri secara objektif.
Lewis madison terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak (Aan T. Safaria, 2010) sedangkan david wechsler memandang inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan individu untuk bertindakdengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya secara efektif (Aan T. Safaria, 2010).
Walters dan Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu (Aan T. Safaria, 2010).[1]

C.    Teori Inteligensi (Kecerdasan)
1.      Teori Faktor (Charles Spearman)
Teori faktor berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yang terdiri atas dua faktor utama, yakni faktor “g” (general) yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu, dan faktor “s” (specific) yang menyangkut berbagai faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Kedua faktor ini kadang-kadang tumpang-tindih, tetapi juga sering berbeda. Faktor “g” lebih banyak memiliki faktor genetis dan faktor “s” lebih banyak diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
2.      Teori Struktur Inteligensi (guiford)
Menurut Guiford struktur kemampuan inteligensi terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga Parameter, yaitu Operasi, Produk, dan Konten. Parameter Operasi terdiri atas Evaluasi, Produksi, Konvergen, Produksi, Divergen, Memori, dan Kongnisi. Parameter Produk terdiri atas Unit, Kelas, Relasi, System, Transformasi, dan Implikasi. Parameter Konten terdiri atas Figurasi, Simbolis, Semantic dan Prilaku.
3.      Teori Incremental
      Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan inteligensi/kecerdasannya melalui belajar.
4.      Teori Unit faktor (Wilhelm Stern)
     Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh kerena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri taerhadap lingkungan atau dalam memecahkan masalah, bersifat umum pula. Kapasitas itu tumbul akibat pertumbuhan ataupun akibat belajar.
5.      Teori Multi faktor (E.L Thorndike)
Menurut teori ini inteligensi terdiri atas bentuk hubungan Neural antara Stimulus dengan Respons. Hubungan Neural khusus inilah yang mengarahkan  tingkah laku individu. Manusia diperkirakan memiliki 13 belas miliar urat saraf, sehingga memungkinkan adanya hubungan Neural yang banyak sekali. Jadi, menurut Teori ini adalah jumlah koneksi aktul dan pontensial di dalam System Saraf.
6.      Teori Primary Mental Ability (Thurstone)
     Teori ini menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, dengan membagi inteligensi menjadi kempuan Primer, yang terdiri atas kemampuan Numerical/Matematis,  Verbal atau berbahasa, Abstraksi, berupa Visualisasi atau Berfikir, membuat keputusan, Induktif maupun Deduktif, Mengenal atau Mematikan dan Mengingat.
7.      Teori Sampling (godfrey H. Thomson)
     Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang pengalaman dan sebagian terkuasi oleh pikiran manusia. Masing-masing bidang hanya terkuasi sebagian saja, dan ini mencerminkan kemampuan atau pengalaman dunia nyata.

D.    Alat Ukur Kecerdasan
Dapatkah inteligensi atau kecerdasan itu di ukur?  Salah satu cara dengan menggunakan tes yang disebut : Tes Inteligensi.
Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.
Orang yang menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa prancis : Alfred Binet dan pembantunya simon. Seri tea dari Binet Simon ini, pertama kali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : ‘’Chelle matrique de I’inteligence’’ atau skala kecerdasan. Tes Biner-Simon terdiri dari sekumpulan pernyataan-pernyataan yang telah dikelompok-kelompokan menurut umur.[2] Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran disekolah. (Mengapa ?) Seperti :
a.       Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
b.      Mengulang deretan angka-angka,
c.       Memperbandingkan berat timbangan,
d.      Menceritakan isi gambar-gambar,
e.       Menyebutkan nama bermacam-macam warna,
f.       Menyebut harga mata uang,
g.      Dan sebagainya.
Dengan tes semacam inilah usia kecerdasan seorang diukur/ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kelender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Qoutient) pada tiap-tiap orang/anak.
Melalui tes inteligensi, ahli psikologi bisa memahami kemampuan intelektual keseluruhan yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut diwariskan, atau paling tidak bawaan, tidak ada kaitannya dengan pengajaran atau pelatihan, kemampuan itu intelektual, bukan emosional atau moral, dan tidak terpengaruh oleh kerajinan atau semangat. Kemampuan tersebut umum, tidak khusus, yaitu tidak terbatas pada jenis pekerjaan tertentu, tetapi masuk ke dalam semua yang kita lakukan, atau kita katakan, atau kita pikirkan.
Tes yang baik harus valid. Artinya, tes itu harus mengukur apa yang mesti diukur. Untuk menentukan hal ini, kita harus membandingkannya dengan ukuran yang standar atau kriteria. Kriteria untuk  mengukur validnya tes inteligensi yang pertama kali adalah pemikiran nilai anak-anak di sekolah yang diberikan oleh gurunya.[3]
Perlu kita ketahui bahwa hasil tes inteligensi itu bermacam-macam, berupa angka-angka dalam skala yang bermacam-macam, dan bergantung pada jenis tesnya. Bisa pula berupa angka-angka dalam skala yang bermacam-macam, dan bergantung pada jenis tes yang digunakan bisa pula dalam bentuk angka-angka menunjukan keadaan aspek-aspek dengan penjabarannya dalam bentuk hasil “evaluasi psikologis” Dengan psikogram karena ada tes inteligensi yang tujuan, landasan teori, dan skala pengukurannya berbeda-beda, penafsirannya perlu disesuaikan. Begitu pula mengenai kekhususan pembuatan tes yang digunakan untuk anak, orang dewasa, atau yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara individual, klasikal, sesuai dengan cirri tesnya. Karena itu, tidak setiap angka hasil tes inteligensi yang ditulis dalam lembaran hasil pemeriksaan adalah angka IQ.



Ciri-ciri anak berbakat
R.A Martison dalam bukunya the identification of the gifted talented (1974) memerinci anak-anak berbakat sebagai berikut:
a.       Mambaca pada usia yang relatrif lebih muda
b.      Membaca lebuih cepat dan lebih banyak
c.       Memiliki perbendaharaan kata yang luas
d.      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
e.       Mempunyai inisiatif , dapat bekerja sendiri
f.       Mempunyai minat yang luas, juga pada persoalan ‘’dewasa ‘’
g.      Menunjukan keaslian (orisinalitas) dslsm ungksapan verbal
h.      Member berbagai jawaban yang baik
i.        Bisa memberikan banyak gagasan
j.        Luwes dalam berpikir
k.      Terbuka pada rangsangan-rangsangan dari lingkungan
l.        Memiliki pengamatan yang datang
m.    Berpikir kritis, jika terhadap diri sendiri
n.      Senang mencoba hal-hal baru
o.      Berprilaku terarah pada tujuan
p.      Mempunyai daya imajinasi yang kuat
q.      Mempunyai banyak kegemaran/hobby.

E.     Multiple Intelligence
1.      Inteligensi linguistik
Kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan  dan menegaskan apa yang kita sampaikan. Yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2.      Intelligensi logis-matematis
Kemanpuan berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis.  Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon, akutan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
3.      Inteligensi Visual-Spasial
Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan.  Membayangkan berbagai hal pada mata pikiran anda.  Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara strategis.
4.      Inteligensi Musikal
Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik, serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa rekaman.
5.      Intelegensi Kinestetik
Belajar melalui tindakan, pengalaman melalui panca indera dan memiliki kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada aktor, penari atau atlet, mekanik, dan sebagainya.
6.      Intelegensi Interpersonal
Memiliki kemampuan untuk memahami dan berhubungan dengan orang lain. Para politikus, guru, penjual yang sukses semua memiliki jenis inteligensi ini.
7.      Inteligensi Intrapersonal
Berkemampuan untuk memahami diri sendiri dengan akurat dan menggunakan pemahaman tersebut dengan efektif dalam kehidupan.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh , pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
8.      Intelegensi Naturalis
Adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan pemilihan-pemilihan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya, untuk berburu, petani, atau melakukan penelitian biologi.[4]

F.     Keterkaitan antara Kecerdasan dengan Bakat dan Kreativitas
Kecerdasan, bakat, dan kreativitas merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki oleh individu, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, erat kaitannya, tidak berdiri sendiri, dan saling mempengaruhi. Inteligensi pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen. Bakat adalah individu yang memiliki kemampuan unggul dalam bidang tertentu dan mampu memberikan prestasi yang tinggi mengacu pada pengertian bakat tersebut di atas, bakat itu adalah relatif tetap sepanjang waktu tertentu. Karena bakat itu relatif stabil, maka bakat-bakat itu dapat digunakan untuk membantu memprediksi keberhasilan dalam bidang pendidikan dan karir. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi keberbakatan. Kreativitas juga dikaitkan dengan fungsi dasar manusia (berpikir,merasa, mengindrakan dan intuisi.
Kecerdasan dan kreativitas memiliki kaitan yang erat walaupun tidak mutlak. Orang yang kreatif dapat di pastikan ia orang yang cerdas, namun tidak selalu orang yang cerdas pasti  kreatif. Lahirnya sebuah karya kreatif membutuhkan lebih dari sekedar kecerdasan. Contoh: jika seorang dihadapkan pada permasalahan, ia akan disebut cerdas jika ia mampu menyelesaikan permasalahan itu dengan cepat dan tepat, walaupun jawaban yang diberikan bersifat umum. Pola berpikir seperti ini disebut konvergen. Namun bagi seseorang yang kreatif ia akan memperkaya permasalahannya dengan  berbagai alternative jawaban, dengan berbagai cara dan susut pandang, bersifat unik dan berbeda dengan yang lain atau dengan kata lain ‘tidak umum’. Berpikir alternative merupakan kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kecepatan danketepatan dalam menganalisis permasalahan, namun ia dapat menentukan berbagai alternatif jawaban yang benar dan berbagai sudut pandang secara cepat dan benar. Seseorang tidak mungkin dapat melakukannya jika ia bukan seorang yang cerdas. Pola berpikir seperti ini disebut dengan berpikir divergen. Kreativitas merupakan salah satu cirri perilaku yang menunjukkan perilaku intelligent (cerdas), namun  kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan korelasi yang memuaskan. Sebab skor IQ (Intelligence Quotient ) yang rendah memang selalu diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula, namun skor IQ yang tinggi ternyata tidak selalu dibarengi oleh tingkat kreativitas yang tinggi pula.[5]

G.    Penutup
Masyarakat umum biasanya memandang inteligensi sebagai kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan memecahkannya secara efektif.
Teori Inteligensi terdiri dari: Teori faktor (charles spearman), teori struktur inteligensi (gulford), teori incremental, teori unit faktor (wilhelm stren), teori multi faktor, teori primary mental ability dan teori sampling.
Salah satu cara dengan menggunakan tes yang disebut : Tes Inteligensi. Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang diukur oleh tes inteligensi.
Multiple Intelligences terdiri dari : inteligensi  linguistik, logis-matematis, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Pada hakikatnya kecerdasan, bakat, dan kreativitas merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki oleh individu, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, erat kaitannya, tidak berdiri sendiri, dan saling mempengaruhi.


DAFTAR PUSTAKA
Craf, Anna. Membangun Kreativitas Anak. Depok: Insasi Press. 2003
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004
Rachmawati Yeni dan Kurniati Euis. Strategi Pembelajaran Kreativitas pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011
Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: CU Pustaka Setia. 2003
Safaria, Aan T. Mengembangkan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya, 2010






[1] Aan T. safaria,  Mengembangkan Kecerdasan Anak, (Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya, 2010). h. 14
[2] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). h.57
[3] Alex Sobur, Psikologi Umum,  (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003). h.163
[4]Anna Craft, Membangun Kretivitas Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2003). h.15
[5] Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011). h. 19

Rumusan tentang Pendidikan Islam


A.      Pendahuluan
Kesadaran akan penting dan berharganya pendidikan Islam kini mulai dirasakan, hal itu terihat dalam Deklarasi Matekas yang ditandatangani oeh semua kepala Negara-negara muslim, mereka sadar bahwa pendidikan Islam baik formal maupun informal adalah satu-satunya cara yang pasti dalam membentuk masyarakat Madani dalam menyelamatkan mereka dari pengaruh ideologi Barat.
Dalam rangka membentuk pendidikan yang berwatak Islam, pihak berwenang dan para ahli pendidikan bukan saja mengemukakan norma tersebut secara lisan tetapi menunjukkan bagaimana perspektif total ini memberikan tanggapan seimbang tentang manusia, dan menyarankan arah yang positif bagi kemajuan material dan spiritual manusia dan karena itu membantu para ahli pendidikan dalam mengembangkan sebuah rumusan integratif untuk menyusun kurikulum, penullisan buku teks, buku penuntun guru dan penulisan metodologi pengajaran.
B.       Rumusan tentang Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam se-Dunia di Islamabad tahun 1980, pendidikan harus di tujukan pada pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui pelatihan roh manusia, akal rasional diri,perasaan dan rasa tubuh. Pendidikan harus ada untuk memenuhi pertumbuhan manusia dalam semua aspek, spiritual, linguistik, baik secara individual maupun kolektif, memotivasi, semua aspekmenuju kesempurnaan kebaikan dan pencapaian. Tujuan utama pendidikan terletak kepada Allah pada tingkat  individu. Masyarakat dan kemanusiaan yang luas.
Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 07-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor.“Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam”.[1]
Rumusan di atas sesuai dengan firman Alla:
Æìsùötƒ . . . ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  

Artinya :
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadalah : 11)
Menurut Abdul Fatah Jalal (Ahmad Tafsir, 2000), tujuan umum pendidikan islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat At-Takwir ayat 27, jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi, menurut islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusiayang menghambakan diri kepada Allah. Yang di maksud dengan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.[2]
÷bÎ) uqèd žwÎ) ֍ø.ÏŒ tûüÏHs>»yèù=Ïj9 ÇËÐÈ  
Artinya :
Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam (Q.S At-Takwiir: 27)[3]
C.      Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia

1.        Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia pertama di Mekkah tahun 1977
Konferensi pendidikan Islam se-Dunia pertama di selenggarakan oleh Universitas King Abdul Aziz, di Jeddah/Mekkah pada bulan Maret-April 1977. Konferensi se-dunia ini membahas semua masalah pendidikan formal dan non formal di semua cabang pengetahuan, dwi sistem pendidikan yang lazim di Negara-negara Muslim yang menimbulkan konflik antar orang-orang yang berfikiran sekuler dan kelompok yang berfikiran keagamaan, hubungan antara pendidikan dan masyarakat, masalah pendidikan wanita, serta mengajukan tujuan dan sasaran pendidikan dan cara-cara mewujudkan cita-cita itu.
Konferensi ini juga membagi pengetahuan atas dua kategori pengetahuan yang diterima sebagai wahyu dan pengetahuan yang diperoleh.Dengan demikian sebuah prinsip diletakkan bagi perumusan sebuah kurikulum khas yang ideal.
2.         Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia Kedua di Islamabad tahun 1980
Konferensi pendidikan Islam Dunia kedua di Islamabad pada bulan Maret tahun 1980 diselenggarakan oleh Universitas Qaidi Azam dan Universitas Al-Azhar Kairo, Jeddah dan berkerjasama penuh dengan kementrian pemerintah Pakistan. Kongres ini menunjukkan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita Islami mencakup pengembangan kepribadian Muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi manusia, mengacu kepada keilmuan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkesinambungan sehingga terbentuklah manusia Muslim yang paripurna dan bertawakkal. Sesuai firman Allah:
ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ 
Artinya:
Katakanlah Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S Al-An’am:162)
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam berjangkau sama luasnya dengan kebutuhan hidup umat manusi, masa kini dan masa yang akan datan. Dimana manusia tidak hanya memerlukan iman (agama) melainkan juga membutuhkan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Seirama dengan tujuan pendidikan islam, Prof. Dari. Moh. Fadhil Al-Djamaly, berpendapat bahwa sasaran pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Al-Quran adalah membina kesadaran atas diri manusia sendiri dan atas sistem social, juga terhadap alam sekitar serta kesadaran untuk mengembangkan dan mengelola kepentingan kesejahteraan ummat manusia. Namun yang paling penting dari semuanya itu ialah membina Ma’rifat kepada Allah pencipta alam dan beribadah kepada-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.[4]
Secara teoritis Tujuan Pendidikan Islam itu sendiri di bagi menjadi dua tujuan, antara lain:

a.         Tujuan keagamaan
Setiap orang islam pada hakikatnya adalah insan agama yang bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup akhiratnya, berdasarkan atas petunjuk dari wahyu Allah melalui Rasulullah. Kecenderungan hidup keagamaan ini merupakan ruhnya agama yang benar yang perkembangannya dipimpin oleh ajaran islam yang murni, bersumber pada kitab suci yang menjelaskan serta menerangkan tentang perkara benar (haq), tentang tugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar itu, menjauhi yang batil dan sesat atau mungkar, yang kesemuanya telah di wujudkan dalam syari’at agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak dan norma-normanya telah di tetapkan oleh Allah yang tak berubah-ubah menurut selera nafsu manusian oleh karena itu tujuan pendidikan Islam penuh dengan nilai rahanian Islami dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat.[5]
Hal demikian ditegaskan dalam firman Allah SWT. Dalam surat Al-A’la:14-17:
ôs% yxn=øùr& `tB 4ª1ts? ÇÊÍÈ   tx.sŒur zOó$# ¾ÏmÎn/u 4©?|Ásù ÇÊÎÈ   ö@t/ tbrãÏO÷sè? no4quŠysø9$# $u÷R9$# ÇÊÏÈ   äotÅzFy$#ur ׎öyz #s+ö/r&ur ÇÊÐÈ  

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang, tetapi kamu (orang-orang kafir) memilihkehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S Al-A’la: 14-17)
b.        Tujuan Keduniaan
Tujuan ini mengutamakan kepada upaya untuk mewujudkan kehidupan kesejahteraan dan kemanfaatannya.Tujuan pendidikan jenid ini ukurannya sangat relative, bergantung kepada kebudayaan dan peradaban manusia, nilai-nilai kehidupan yang didasarkan atas kecenderungan hidup social buadaya yang berbeda-beda menurut tempat dan waktu pada masyarakat tersebut. (Menurut para pemikir dan ulama islam).
Konferensi ini membahas tentang model kurikulum untuk tahap primer didesain dalam rincian walaupun penekananya terutama pada tujuan-tujuan akademis dan perilaku.Untuk tahap menengah prinsip-prinsip yang luas telah pula ditegakkan.bagi tingkat universitas penekanan diberikan terutama reorganisasi “Pendidikan Umum” karena pendidikan itu dianggap merupakan pendidikan dasar yang seharusnya mempersiapkan mahasiswa dengan pendekatan Islam terhadap setiap cabang ilmu pengetahuan.
Kurikulum ini dibuat polanya melihat pola dasar Universitas yang bersangkutan dengan sedikit modifikasi dapat dilaksanakan oleh semua Universitas di Dunia Muslim, terutama Universitas yang mengikuti rencana pembuatan kurikulum Amerika.
3.         Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia ketiga di Dacca tahun 1981
Konferensi Pendidikan Islam Dunia ketiga di Selenggarakan di Dacca pada bulan Maret 1981 oleh Institut Pendidikan, dan Riset Islam (IIER) yang dibentuk oleh pemerintah Bangladesh atas pemerintah Universitas Kang Abdul Aziz.
Konferensi ini membahas tentang masalah dalam mempersiapkan buku, teks yang diharapkan disediakan oleh pihak berwenang dalam pendidikan kalau mereka ingin melaksanakan kurikulum yang ideal serta membahas prinsip-prinsip khusus khas yang ideal.
4.        Konferensi pendidikan Islam se-Dunia keempat di Jakarta tahun 1982
Konferensi Pendidikan Islam keempat diselenggarakan di Jakarta tahun 1982 konferensi ini memebahas tentang model tipikal yang ideal dalam metodologi pengajaran. Rekomendasi konferensi tersebut menunjukkan interelasi konseptualisasi dari sudut pandang Islam, produksi buku teks dan buku metodologi pengajaran perlunya pendekatan secara menyeluruh sangat disadari walaupun setiap akan diajarkan harus sesuai dengan tekniknya.
Dengan demikian konferensi tersebut telah menyediakan sebuah metode yang ideal disamping menyarankan metode tertentu untuk menyampaikannya.Makalah yang disajikannya pun memberikan model dari sebuah rencana kerja bagi para ahli pendidikan dan pihak berwenang di Negara Muslim.
D.      Rekomendasi Hasil Konferensi Pendidikan Islam Se-Dunia

1)        Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia Pertama
a)      Tujuan Pendidikan
            Pendidikan harus bertujuan  mencapai kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang dengan ilmu yang diperolehnya baik hubungannya dengan Tuhan maupun dengan manusia.
b)     Pengetahuan dikelompokkan dalam dua kategori pengetahuan abadi dan pendidikan yang diperoleh.
c)      Kurikulum dan silabus pengetahuan abadi yang diberikan harus berdasarkan kepada Al-Quran dan Al-Hadits.
d)     Kurikulum dan silabus pengetahuan yang diperoleh harus mengandung nilai-nilai Islam
e)      Pendidikan dan masyarakat (pendidikan nonformal).
-       Media masa sebagai informasi yang menyajikan program ilmiah yang telah disederhanakan, yang dibimbing oleh semangat Islami.
-       Lingkungan pendidikan harus bernuansakan Islami
f)      Pendidikan guru dan penerimaan guru
-       Guru-guru muslim harus diilhami dengan ide-ide dan konsep-konsep yang Islami.
-       Perlunya sarana atau fasilitas yang memadai pendidikan guru.
g)     Pendidikan wanita
Adanya fasilitas antara pendidikan laki-laki dan wanita.Disusunnya suatu sistem pendidikan khusus untuk kaum wanita yang didasarkan pada asas-asas ilmiah yang dipertimbangkan secara seksama.Diberikan kuliah yang cocok untuk kodrat wanita.
h)     Pendidikan non-formal kaum muda
Lembaga-lembaga kaum muda harus digalakkan untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkatan dan sejalan dengan tujuan masyarakat Islam.
i)       Minoritas Muslim
Adanya perhatian khusus terhadap kaum minoritas Muslim mendesak semua Muslim agar menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai bagi anak-anak dari Negara-negara yang diduduki dalam situasi yang sulit.
2)        Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia Kedua
Pengetahuan antara kategori “Pengetahuan Abadi” dan “penegtahuan yang diperoleh” diterapkan pada pengetahuan secara keseluruhan dan diklasifikasiakan menjadi dua kelompok.

Kelompok I (Pengetahuan Abadi)
-         Al-Quran
-         Sunnah
-         Sirah Nabi, Sahabat dan para pengikutnya
-         Tauhid, Ushul al-fiqh dan fiqh
-         Bahasa Arab Al-Quran
-         Bahan-bahan tambahan (metafisika Islam, perbandingan agama dan kebudayaan Islam).
Kelompok II (Pengetahuan yang diperoleh)
-         Imajinatif (Seni, Arsitektur, Bahasa, dan Sastra Islami)
-         Ilmu-ilmu intelektual (studi Sosial, Ilmu Administrasi,dsb)
      Semua cabang  pengetahuan yang diperoleh di atas harus di ajarkan dari sudut pandang Islam.
Rancangan Kurikulum
Pola kurikulum dibedakan menjadi tiga tingkatan yang disesuaikan dengan perkembangan psikologi anak.
a.         Tingkat pertama
Program-program instruksional diberikan secara konkrit dengan menunjukkan ide-ide dasar, lingkungan kelembagaan harus mencerminkan kelompok Islami yang ideal dan sehat, kegiatan-kegiatan perlu dituntun oleh teladan guru yang lebih tua.Pada tingkatan-tingkatan ini disiplin-disiplin ilmu berikut ini perlu diperhitungkan melalui materi pengajaran yang sesuai dengan kelompok umur yang berbeda.
b.        Tingkat kedua
Tahap ini merupakan tahap yang paling kritis dalam pertumbuhan emosi dan intelektual anak, anak-anak mudah mendengar godaan menjadi mangsa wawasan dalam bentuk sensasi, ide-ide yang keliru ini dan kebenaran yang setengah-setenga.
Pada tingkata-tingkatan ini yang paling dibutuhkan adalah penambahan yang lebih luas karena pertumbuhan mental membutuhkan suatu persepektif yang lebih luas baik mengenai waktu maupun tempat.Namun inti dari kurikulum ini adalah iman, Islam dan motivasi untuk menerapkannya. Dalam seluruh tingkatan kedua ini akan diberikan kuliah-kuliah wajib untuk materi-materi antara lain:
1.   Al-Qur’an dan Hadits
2.   Bahasa Arab, Bahasa Nasional dan salah satu Bahasa Eropa
3.   Matematika
4.   Salah satu ilmu-ilmu alam
5.   Geografi
6.   Sejarah dan kebudayaan
c.   Tingkat Universitas
    Kurikuum tingkat ketiga harus didasarkan pada tingkatan dasar (pertama/kedua) dengan tiga tujuan berikut:
-      Memberi pemahaman yang mendalam mengenai Islam dan masyarakat muslim untuk memungkinkan mahasiswa dipersiapkan untuk mengatasi masalah-masalah Islam di sepanjang hidupnya.
-     Menanamkan pengetahuan khususnya dalam cabang apa pun dari dua kelompok pengetahuan untuk dipilih oleh mahasiswa setelah konsultasi dengan pembimbing studi.
-      Menjamin suatu pertumbuhan kepribadian mahasiswa secara seimbang melalui kuliah-kuliah mengenai pendidikan Islam umum yang merupakan kuliah wajib.
            Kuliah pendidikan Islam umum terdiri dari:
-     Dua kuliah dari kelompok I, yaitu bahasa Arab, dan yang lainnya adalah baik itu kebudayaan dan peradaban Islam atau sejarah pemikiran dan paham Islam
-      Dua kuliah dari kelompok II, yaitu filsafat ilmu pengetahuan dan pengajaran Islam dan yang lainnya, baik seni dan arsitektur Islam atau satu dari kuliah-kuliah yang diberikan dari sudut pandang Islam “Sejarah, Ekonomi, dan Psikologi”.
-       Dalam konferensi kedua ini juga membahas mengenai tujuan akhir pendidikan Islam sebagai berikut: education should aim at the balanced growth of total personality of man through the training of mans spirit, intellect, the rational self, feeling and bodily sense. Education should there fore cater for growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively and motivate, all these aspect toward goodness and attain men of perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete sub mission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large”.
3)         Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia Ketiga
Asas-asas umum:
a.          Konsep Islam tentang manusia sebagai khalifatullah membuat pertumbuhan spiritual, moral intelektual dan imajinatif manusia secara potensial menjadi tidak ada batasnya.
b.         Karena pengetahuan sebagai sumber pertumbuhan Islam tidak membatasi pengajaran pengetahuan.
c.          Berdasarkan hakekat menyeluruh dari pengajaran pengetahuan ini maka perkembangan manusia bersifat menyeluruh seimbang dengan demikian kurikulum harus mempunyai pola antar disiplin ilmu.
d.         Karena hubungan antara disiplin ilmu dimanfaatkan oleh pertumbuhan fisik, mental, spiritual dan imajinatif anak secara perlahan-lahan maka semua kuliah harus diberikan secara bertingkat
e.          Pertumbuhan dan perkembangan ini dilihat dalam Islam dan konteks hubungan manusia dengan Allah, manusia dan alam
Berdasarkan asas-asas ini pengetahuan buku teks tidak dapat dilakukan secara efektif di Negara-negara kecuali jika mereka mengambil langkah-langkah yang konkrit untuk menggunakan kurikulum inti yang umum sehingga antara dua sistem tradisional dan modern perlahan-lahan dikurangi.
1.         Sistem ganda kurikulum untuk tingkat pertama
2.         Konseptualisasi karena berhasil atau gagalnya Islamisasi kurikulum dan buku-buku teks tergantung pada keberhasilan konsep-konsep Islam, maka WCIE dapat diminta untuk melengkapi tugas penelitian konseptualisasi sendini mungkin
3.         Pengembangan buku teks sebagai pengaruh yang memecah belah dan sarana untuk menggalang persatuan dan solidaritas dunia muslim
4.         Mendesak semua Negara muslim untuk mempertahankan dan menggunakan kembali sejarah geografi baik dalam sistem modern maupun tradisional
5.         Sastra, yang diajarkan kepada anak sejak kecil dari tahap menyusui sampai ke perguruan tinggi, harus dikemas dan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi seorang anak yang religious
6.         Pengajaran ilmu pengetahuan
4)        Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia Keempat
a.         Semua pemerintah muslim diminta untuk melaksanakan rekomendasi tiga konferensi pendidikan Islam untuk sebelumnya, khususnya sejauh menyangkut rumusan konsep Islam untuk setiap cabang pengetahuan, perbaikan kurikulum yang ada sehingga sejalan dengan kontekstualisasi, dan pesiapan buku teks berdasarkan konsep-konsep dan silabus tersebut
b.        Lembaga-lembaga dan penelitian yang dibangun di Negara-negara Islam untuk menjadikan pendidikan mempunyai cirri Islam perlu menggalakkan kegiatan untuk melengkapi karyanya melalui kerjasama nasional internasional yang semakin meningkat
c.         Lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk membentuk kelompok-kelompok studi khusus dalam merumuskan dan menyiapkan garis pedoman guru-guru agar mereka mengajar semua materi dari sudut pandang Islam selanjutnya perlu diadakan lokakarya besar-besaran dalam setiap disiplin ilmu supaya seluruh tingkatan pendidikan berbagai Negara dapat member bentuk bagi pegangan guru-guru.
d.        Pegangan untuk guru-guru perlu dibagi-bagikan ke seluruh dunia untuk digunakan dari evaluasi
e.         Dasar perumusan pegangan guru adalah: metodologi pengajaran harus menunjukkan perlunya kesadaran religius dari pihak guru, metode belajar semua disiplin ilmu perlu dan saling kait mengkait dan sekaligus setiap disiplin ilmu mempertahankan  cirinya yang khusus dan berbeda
f.         Perlu diadakan seminar internasional untuk evaluasi hasil-hasil penggunaan pegangan guru tersebut dan memperbaiki metodelogi pengajaran berdasarkan pengalaman diperoleh setiap Negara
g.        Untuk lebih lanjutny semua Negara Muslim diminta melaksanakan rekomendasi konferensi dengan menyelenggarakan kuliah dalam rangka melatih para

E.        Kesimpulan rumusan pendidikan islam berdasarkan hasil konferensi pendidikan Islam
Ke empat konferensi itu juga telah menjelaskan kepada para sarjana dan pihak berwenang di seluruh dunia, atas prinsip dasar apa kurikulum ideal harus di persiapkan, metode apa yang seharusnya diterapkan untuk memiliki silabus, buku-buku teks dan buku penuntun guru yang terperinci, serta metedologi pengajaran apa yang ideal dan bagaimana metodologi itu dapat di capai.
Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Muslim yang di selenggarakan oleh Universitas King Abdulaziz, di Jeddah/Makkah pada bulan Maret-April, 1997, dengan sukses membahas semua masalahpendidikan formal dan non formaldi semua cabang pengetahuan, dwi sistem pendidikan yang lazim di Negara-negara Muslim yang menimbulkan konflik antara orasng-orang yang berpikiran sekuler dan kelompok yang berpikiran keagamaan, hubungan anatara pendidikan dan masyarakat dan masalah pendidikan wanita serta mengajukan tujuan dan cara-cara mewujudkan cita-cita. Konferensi juga membagi pengetahuan yang diterima sebagai wahyu dan pengetahuan yang diperoleh.Dengan demikian sebuah prinsip telah di letakkan bagi perurusan sebuah kurikulum khas yang ideal.[6]
F.     Penutup
Tujuan Pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam se-Dunia di Islamabad tahun 1980, pendidikan harus di tujukan pada pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui pelatihan roh manusia, akal rasional diri, perasaan dan rasa tubuh. Pendidikan harus ada untuk memenuhi pertumbuhan manusia dalam semua aspek, spiritual, linguistik, baik secara individual maupun kolektif, memotivasi, semua aspek menuju kesempurnaan kebaikan dan pencapaian. Tujuan utama pendidikan terletak kepada Allah pada tingkat  individu. Masyarakat dan kemanusiaan yang luas.
Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia :
1.      Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia pertama di Mekkah tahun 1997
2.      Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia kedua di Islambad tahun 1980
3.      Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia ketiga di Dacca tahun 1981
4.      Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia keempat di Jakarta tahun 1982.


DAFTAR PUSTAKA

Mahmud ,Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung,1992.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Shihab M. Quraish, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang, 1987.
Musliha, Eneng, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Diadit Media, 2010.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akrasa, 1996.
Ashrap, Ali,Sayid Husein Nasr, Horison Baru Pendidikan Islam,Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996


[1] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung,1992), h. 20
[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 46
[3] M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang, 1987), h. 1229
[4] Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2010), h. 222-224
[5] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Akrasa, 1996), h.227
[6]Ali Ashrap, Sayid Husein Nasr,Horison Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h.87